Jumat, 20 Januari 2012

ADAT ENDHOG-ENDHOGAN



Adat endhog-endhogan hanya ada di Banyuwangi,Jawa timur saja, yaitu waktu bulan Maulud. Adat ini sudah menjadi suatu kebiasaan orang Banyuwangi untuk memperingati dan meramaikan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Setiap desa di Banyuwangi utamanya suku Using yang menggelar adat ini. Di adat ini selalu diadakan pawai Kembang Endhog (bunga telur) keliling dan serakalan (puji-pujian) di masjid-masjid yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SWA. Karena adat ini banyak disukai, sekarang adat endhog-endhogan tidak hanya ada di Banyuwangi saja, namun sudah menyebar di desa bagian Banyuwangi selatan.
Kembang endhog itu diguat dari rebusan telur yang ditusukkan ke bamboo yang sudah diraut lalu dihiasi dengan kertas berwarna. Kembang endhog itu bukan mainan dan bukan untuk hiasan,meskipun banyak anak kecil yang suka. Kembang endhog punya arti yang sangat dalam. Telur melambangkan dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, bambu melambangkan keimanan manusia, bunga kertas melambangkan indahnya iman. Jadi kembang endhog itu mempunyai maksud yaitu iman di Makkah pada zaman dulu serta Nabi Muhammad lahir dan iman semakin menyebar bagaikan bunga yang mekar.
Kembang endhog di tancapkan ke batang pisang. Di tancapkan ke atas seperti pegunungan yang dinamai Jodhang. Penataan telur di batang pisang harus ada hitungannya. Telurnya pun yang bagus, harus telur dari bebek, bukan telur ayam.
Telur itu sendiri memiliki makna yang sangat dalam. Karena bagian telur itu ada tiga, yaitu yang dinamakan kulit, putih telur dan kuning telur. Bagian yang seperti itu bisa menjadi lambing dari kelakuan manusia sendiri, yaitu di alam kandungan, alam dunia, dan alam akhirat. Alam kandungan, manusia harus ingat dari mana asalnya, alam dunia menjadi tingkah penentu tingkah laku jelek dan bagus, alam akhirat jadi balasan hidup di dunia, karena hidup di dunia itu harus berhati-hati, karena manusia itu punya hawa nafsu.
Banyaknya telur yang ditancapkan ke batang pisang, hitungannya harus tepat di angka ganjil, yaitu angka 3, angka 7, angka 9, angka 33, angka 99. Semua itubmempunyai arti sendiri-sendiri menurut keyakinan yang dianut masyarakat.
Ditancapkan ke batang pisang, karena batang pisang itu bisa di ibaratkan raga manusia. Di bungkus kertas di ibaratkan baju. Meskipun di luar busuk, kalau di buka lagi masih terlihat bagus. Dalam hal ini dinamai hati nurani manusia. Maksudnya sejelek-jelek manusia masih bisa berlaku baik.
 Telur-telur yang sudah di tata rapi seperti pegunungan, lalu ditancapkan ke batang pisang dan dibawa ke masjid bersama-sama. Batang pisang tadi bisa di tandu orang banyak, batang pisang yang kecil di tandu oleh 4 orang atau2 orang saja dan di arak menuju masjid.